08 May 2008

BBM Naik, kok bisa ? bisa menambah inflasi dong...

Hingga kemaren sudah tercatat rekor baru harga minyak mentah mencapai USD123,93/barrel. Naiknya harga minya dunia membuat negara maju pengimpor minyak besar menjadi kalang kabut karena bisa berdampak timbulnya inflasi global. Bahkah USA sudah bersiap-siap untuk menaikkan suku bunga karena adanya inflasi yang melebihi perkiraan sebelumnya.

Kondisi Indonesia

Melihat terus melonjaknya harga minyak dan juga adanya krisis pangan dunia membuat APBN mendapatkan tekanan yang sangat berat.

Melihat kondisi ini, pemerintah akhirnya menurunkan target pertumbuhan ekonomi dari 6,4% menjadi 6,0%. Selain itu target pertumbuhan ekspor juga diturunkan menjadi 13% untuk tahun ini dari 14,5%. Namun demikian, untuk tahun ini kondisi ekonomi Indonesia diperkirakan masih terkendali karena Neraca Cadangan devisa Indonesia termasuk stabil yakni masih sekitar USD 58,8 miliar atau bisa menutupi impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah meskipun April 2008 Cadangan Devisa mengalami penurunan turun tipis sebesar USD 187 juta. Stabilnya cadangan devisa tersebut diantaranya dipicu oleh surplusnya Neraca Pembayaran Indonesia masih surplus.

Isu BBM Naik

Untuk menahan gejolak kenaikan komoditas energi dan pangan dunia, pemerintah berencana akan menaikkan harga BBM bersubsidi secara terbatas dengan memberikan kompensasi cukup besar kepada masyarakat bergolongan ekonomi lemah. Kenaikan tersebut menungkinan sekitar 30% dan akan dilakukan paling cepat bulan Juni ini. Kenaikan BBM dipastikan akan berdampak terhadap naiknya inflasi domestik. Setiap 10% kenaikan BBM diperkirakan akan menambah inflasi sebesar 0,34%, maka isu yang beredar mengenai kenaikan BBM sebesar 30%, akan bisa menimbulkan inflasi pada tahun ini lebih dari 9%.

Inflasi bisa bertambah jika efek psikologis pasar berlangsung lama. Namun pengalaman pada tahun 2005, efek psikologis akibat kenaikan BBM hanya berlangsung sesaat. Namun demikian, naiknya harga BBM memang akan menguatkan posisi nilai tukar rupiah dan mencegah naiknya profil risiko makro domestik yang pada akhirnya akan mempertahankan rating utang Indonesia.

Saat ini pemerintah sedang mengkaji kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta rencana pemberian bantuan langsung tunai (BLT) plus sebagai kompensasi dampak kenaikan harga BBM tersebut kepada masyarakat "kelas bawah" yang paling terkena dampak kenaikan harga karena kenaikan BBM otomatis akan mengurangi daya beli konsumsi yang akhir-akhir ini mendapat tekanan dari kenaikan harga pangan.

Isu Inflasi

Jika BBM jadi dinaikan Juni mendatang dipastikan inflasi akan meningkat. Bank Indonesia memprediksi bahwa 2008 inflasi akan lebih dari 9% akibat kenaikan BBM dan pengaruh ekonomi global. Namun Menkeu Sri Mulyani, masih optimis tahun ini inflasi akan berada sekitar 8,5%-9,5%.

Untuk meredam laju inflasi Bank Indonesia tanggal 6 Mei lalu memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 8,25% dari 8% sebelumnya. Hal ini dilakukan selain untuk meredam spekulasi pasar, juga agar agar pada saat terjadi kenaikan harga BBM selisih antara suku bunga nominal dan inflasi tidak terlalu besar sehingga BI lebih leluasa menerapkan kebijakan yang akan diambil selanjutnya.

BI tetap mengupayakan selisih tersebut akan tetap negatif guna menjaga pertumbuhan domestik sekaligus dapat menyerap dana perbankan ke Sertifikat Bank Indonesia, sehingga menciutkan jumlah uang beredar. Namun BI sepertinya harus lebih waspada terhadap naiknya suku bunga yang bisa merembet kepada resiko kredit macet (NPL). Jangan sampai kenaikan BI Rate akan terus menambah index stabilitas sistem keuangan yang bisa menimbulkan gejolak ekonomi.

0 comments: